SET.DPRD – Acep SIP selain sibuk berjuang untuk masyarakat melalui legislatif, dia kini tengah fokus mengembangkan pertanian organik. Langkah tersebut merupakan kontribusinya melestarikan alam.
Di lahan seluas 1 hektare miliknya, legislator DPRD Kabupaten Tasikmalaya dari PKB ini menerapkan pertanian organik. Dia memanfaatkan pupuk organik buatannya.
“Pupuk organik itu, ada yang beli dari eco farming dan juga karya pencipta pupuk di Kecamatan Pagerageung dan membuat sendiri hasil belajar dari Youtube,” kata tokoh kelahiran Tasikmalaya, 4 Januari 1973 ini.
Salah satu alasan Acep menginisiasi pertanian organik di daerahnya, karena melihat kondisi alam yang sudah rusak akibat penggunaan pupuk kimia. Salah satu cara untuk mengembalikan unsur hara pada tanah yaitu menggunakan pupuk organik.
“Motivasi saya dengan organik ini karena melihat kerusakan alam yang begitu parah saat ini,” ujar anggota Komisi I DPRD Kabupaten Tasikmalaya ini.
Di daerah pemilihannya, Acep, saat ini tengah mendorong pertanian produktif yang ramah lingkungan.
“Saat ini pertanian organik itu tengah diuji coba oleh saya. Kalau berhasil, akan disebarluaskan kepada masyarakat,” kata tokoh yang peduli kelestarian alam ini.
Pupuk organik, kata Acep, cocok untuk menanam padi, sayuran, cabai rawit, mentimun, buncis dan terong dan lainnya.
“Basic saya petani, keluarga pun petani. Apalagi pada tahun 2004 lalu pertanian yang mengembangkan pupuk organik mungkin saya, sampai dulu dikunjungi oleh Pak Presiden,” kata Acep menjelaskan.
Hanya, pupuk organik tidak begitu diminati masyarakat, karena masyarakat saat ini, kata Acep, keinginannya instan langsung memetik hasil yang banyak. “Padahal penggunaan organik ini tidak langsung, intinya pasti ada langkah pasti, ada risiko, baik organik maupun kimia,” kata tokoh yang peduli kepada masyarakat kecil ini.
Acep pernah melakukan percobaan penggunaan pupuk organik pada tanaman padi dengan sistem penanaman SRI atau menggunakan bibit satu pohon.
“Mungkin karena tanahnya sudah rusak akibat penggunaan pupuk kimia yang terus menerus banyak hama, saat itu padi yang ditanam satu pohon itu dimakan hama belalang, yang pada akhirnya tidak ada solusi, masyarakat pun enggan menanam sistem itu, yang lebih parah tidak ada solusi dari pihak BPP (Balai Penyuluh Pertanian) atau penyuluhan pertanian,” ujar Acep.
Namun begitu, Acep meyakini penggunaan pupuk organik merupakan salah satu solusi dalam pertanian yang ramah lingkungan dan tidak merusak alam. Itu terus dilanjutkannya. “Tanaman saya menggunakan organik ini awalnya bagus, hanya saja saat ini diserang hama beureum pada tanaman padi, itu karena alam tidak menentu, meskipun kemarin kena hama hasil produksinya tinggi, yakni dengan berat padi masih unggul dibandingkan menggunakan pupuk kimia,” kata dia, menjabarkan.
Rencananya, pertanian organik akan dia terapkan tak hanya di lahan miliknya, namun masyarakat. “Ke depannya targetkan seperti itu bisa luas dan digunakan pada lahan masyarakat khususnya di (Tasik) utara,” ujar Acep, menekadkan. (ujg) (sumber-Radartasik.id)